Setelah UNESCO Mengakui Tari Saman Sebagai Warisan Dunia Tak Benda

avatar

Tari saman Gayo Lues merupakan salah satu warisan dunia tak benda yang telah diakui oleh lembaga dunia yang bergerak di bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan; United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Pada Kamis, 25 September 2014 lalu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Provinsi Aceh, Murthalamuddin memerintahkan saya untuk ikut serta dalam rombongan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah ke Jakarta, untuk menerima penyerahan sertifikat tari Saman sebagai warisan dunia tak benda dari UNESCO.

penari saman cilik_Permata-Gayo.jpg
Saya bersama anak-anak penari saman di Kecamatan Permata, Bener Meriah Foto

Penyerahan sertifikat dari UNESCO terhadap tari Saman sebagai warisan dunia tak benda itu dilakukan di Anjungan Aceh di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada saat yang sama di sana juga digelar pameran warisan budaya dunia oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penyerahan sertifikat dari UNESCO itu dilakukan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti dan diterima oleh Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Penyerahan itu juga dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat Aceh di Jakarta, antara lain ada mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga mantan Pejabat Gubernur Aceh, Mustafa Abubakar. Hadir juga mantan Gubernur Aceh Prof Syamsuddin Mahmud, serta mantan Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar.

Sementara dari Banda Aceh hadir Kepala Dinas Kebudayaan Aceh Reza Fahlefy, Kepala Sekretaria Lembaga Wali Nanggroe Aceh Paradis, Bupati Gayo Lues Ibnu Hasyim, Kepala Inspektorat Aceh Syahrul Badruddin, serta Kepala Biro Humas Pemerintah Aceh Murthalamuddin dan sejumlah pejabat dari dinas dan lembaga terkait lainnya.

Penetapan tari saman sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO dilakukan pada sidang keenam Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Dunia Tak Benda pada 24 November 2011 di Bali. Sidang tersebut dihadiri oleh lebih 500 anggota delegasi dari 69 negara.

Usai menerima sertifikat dari UNESCO tersebut, Gubernur Zaini Abdullah kemudian menyerahkannya kepada Bupati Gayo Lues, H Ibnu Hasyim selaku kepala daerah Negeri Seribu Bukit, tempat tari saman tumbuh dan berkembang menjadi tarian rakyat. Usai menerima sertifikat UNESCO itu, Bupati Ibnu Hasyim menegaskan, akan terus menjaga dan merawat tari saman agar tak lekang sepanjang masa. Saat itu ia juga berjanji akan menggelat tari saman massal untuk memecahkan rekor dunia. Sebuah janji yang kemudian ditunaikan, dan sejak itu setiap tahun selalu ada pertunjukan tari saman massal di sana.

Saman_Rekor Muri_Ibnu Hasyim.jpg
Bupati Gayo Lues ketika menerima sertifikat MURI Foto

Untuk menunaikan janjinya, sekembali dari Jakarta, Bupati Gayo Lues Ibnu Hasyim melakukan berbagai persiapan pergelaran event tari saman massal yang akan dimainkan oleh 5.005 penari. Tarian itu memang harus dimainkan dengan jumlah pemain yang ganji, syarat lainnya hanya boleh dimainkan oleh pria, dilarang bagi wanita. Hanya saja saat pegelaran saman, wanita juga dilibatkan tapi mereka membawakan tarian lain yang disebut sebagai tari bines.

Dua minggu setelah kembali dari Jakarta, saya kembali mendapat tugas ke Gayo Lues, kali ini bersama Wakil Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf. Pria yang sering disapa Mualem itu pada Selasa malam, 18 November 2014 membuka membuka latihan saman masal di aula pendopo Bupati Gayo Lues. Kunjungan Muzakkir Manaf ke Gayo Lues waktu itu juga dalam rangka meninjau lokasi banjir bandang dan proyek pembangunan lapangan terbang Bandara Senubung.

Muzakkir Manaf menegaskan, masyarakat Aceh khususnya Gayo Lues patut berbangga dengan diakuinya tari Saman sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO. Ia menegaskan, bahwa Pemerintah Aceh akan melakukan pembinaan agar tari Saman bisa terus berkembang sepanjang masa.

Pernyataan itu disampaikan Muzakkir Manaf di hadapan ribuan penari saman yang memadati aula Pendopo Bupati Gayo Lues. Mereka yang memadatai aula itu kemudian berdiri sejajar, membentuk formasi untuk menarikan saman. Mereka membungkuk memberi hormat kepada Mualem dan para pejabat di panggung, kemudian latihan Saman pun dimulai. Suasana latihan begitu bergemuruh. Masyarakat berdesak-desakan di luar aula untuk menyaksikannya.

Saman_Ibu Hasyim dan Irwandi Yusuf.jpg
Bupati Gayo Lues Ibnu Hasyim dan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf bersama ribuan penari saman foto

Ada yang lebih menarik malam itu, ketika irama permainan saman sudah agak cepat dan kencang, aula itu benar-benar bergemuruh, saat itulah Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Aceh Prof Abubakar Karim yang juga putra Gayo, langsung membuka jaketnya, turun ke lantai bergabung dengan penari saman, ikut malakukan gerak tari saman. Ia begitu cekatan memainkannya.

Hal yang sama juga dilakukan Bupati Gayo Lues Ibnu Hasyim, ia juga membuka jaketnya, turun duduk berdesakan di ujung barisan penari, secara spontan ia mamainkan tarian tersebut selaras dengan para penari lainnya. Seorang pria di samping saya berujar,”Badan mereka terasa panas dan seperti tertarik untuk ikut bermain.”

Hanya selang beberapa detik Prof Abubakar Karim dan Ibnu Hasyim ikut memainkan tari saman, turun pula anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Gayo Lues H Mummmad Amru yang secara reflek langsung ikut memainkan tari saman. H Muhammad Amru kini menjabat sebagai Bupati Gayo Lues menggantikan Ibnu Hasyim.

Sementara Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf bersama sejumlah pejabat lainnya, terus menyemangati mereka. Latihan tari saman massal itu berlangsung hingga tengah malam. Ketika saya meninggalkan aula itu kembali ke penginapan, latihan saman masih berlangsung, dan terus berlangsung hingga menjelang subuh.

Puncak dari latihan tahun 2014 itu adalah tampilnya 5.057 penari saman mebawakan tari yang sama di Stadion Seribu Bukit, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, tarian kolosal yang memecahkan rekor dunia. Saat itu tim dari Museum Untuk Rekor Indonesia (MURI) langsung datang menyaksikan pagelaran tersebut dan menyerahkan sertifikat Rekor MURI kepada Pemerintah Kabupaten Gayo Lues.

JK dan Penari Saman di Belgia.jpg
Para penari saman asal Gayo Lues bersama Wakil Presiden Jusuf Kala usai tampil di Brusel, Belgia foto

Bupati Gayo Lues H Ibnu Hasyim juga pernah mewacanakan tari saman dunia, para penari saman dari berbagai negara akan unjuk kebolehan memainkan tari saman, tapi sampai kini wacana itu belum terwujud. Wacana ini disampaikan Ibnu Hasyim setelah sukses menyelenggarakan tarian saman massal dengan 12.261 orang penari pada Agustus 2017 lalu.

Tari saman massal juga dipertunjukkan pada acara Gayo Alas Mountain Internasional Festival (Gamifes) tahun 2018, tak tanggung-tanggung 15.001 penari saman tampil bersamaan membawakan tari kebanggaan masyarakat Gayo Lues tersebut.

Setelah tari saman diakui UNESCO sebagai warisan dunia tak benda, Pemerintah Kabupaten Gayo Lues melakukan sertifikasi pelatih tari saman. Para pelatih tari saman bersertifikat itu kemudian dikirim ke berbagai negara untuk mengajari tari saman atas permintaan kelompok seni tari dari negara tersebut. Para penari dan pelatih bersertifikat tersebut sudah melalang buana ke berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat.

Sebanyak 15 penari saman dari Gayo Lues juga tampil selama 22 hari di beberapa negara Eropa pada Oktober dan November 2017 lalu. Tur saman saat itu dimulai dari Brusel, Belgia dan berakhir di Jerman. Saat tampil di Belgia, anak-anak Belgia yang pernah menonton tari saman di saluran youtube meminta untuk diajari tarian tersebut. Anak-anak Belgia kemudian diikutsertakan dalam pelatihan saman secara singkat. Penampilan penari saman di Belgia juga menjadi special karena ditonton langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kala yang hadir bersama mantan presiden Megawati Soekarno Putri menyaksikan Europalia Art Festival di Gedung Bozar, Belgia.

Kemudian pada tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 2019 lalu, penari saman dari Gayo Lues juga diundang untuk tampil di markas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York Amerika Serikat. Mereka tampil di sana dalam rangka perayaan 70 tahun hubungan diplomasi Indonesia dengan Amerika Serikat.

penari saman dan anak belgia.jpg
Penari saman Gayo Lues bersama anak-anak Belgia usai tampil di Europalia Art Festival di Brusel foto

Dan kini, di setiap desa di sebelas kecamatan di Kabupaten Gayo Lues juga dibetuk grup tari saman, mulai dari penari senior sampai anak-anak. Tak heran jika kita berkunjung ke Gayo Lues akan melihat anak-anak yang mandi di sungai bermain saman di atas batu dengan rekan-rekannya. Setiap sekolah juga di setiap tingkatan juga memiliki kelompok tari saman, mereka kerap tampil di berbagai ajang dan perlombaan, karena di daerah dengan julukan Negeri Seribu Bukit tersebut, pertunjukan tari saman sangat sering dilakukan, baik di acara-acara resmi maupun pada momentum-momentum tertentu.

Lebih menariknya lagi adalah ketika menyaksikan tarian saman semalam suntuk dari satu kampung ke kampung lain, atraksi main saman semalam suntuk ini dikenal dengan sebutan bejamu serlo asarai inggi. Begitulah tari saman bagi masyarakat Gayo Lues, sudah mendarah daging dalam masyarakat. Tak lengkap sebuah event tanpa tarian saman. Dan kini tari saman bukan lagi hanya milik masyarakat Gayo Lues, Aceh, dan Indonesia saja, tapi telah menjadi milik dunia. Terimakasih UNESCO.[**]


Posted on RealityHubs - Rewarding Reviewers


0
0
0.000
0 comments