Salah Resep Dan Overdosis Dalam Belajar Agama "Mabok Agama".

avatar
(Edited)

Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam. Dari jutaan umat Islam tersebut memiliki perbedaan dalam mempraktekan ajaran agama Islam. Kelompok terbesar yang moderat yang mampu menjaga ketenangan dalam perbedaan adalah NU dan Muhammadiyah.

Istilah mabuk beragama pernah dilontarkan Jenderal (Purn) HM. Hendropriyono sebagai kritik terhadap sikap keberagamaan sebagian kalangan umat Islam yang dinilai terjebak pada sikap keras beragama. Beragama yang terlalu fanatic, ekstrem berlebihan sehingga cenderung mengaku benar sendiri dan menyalahkan pihak yang berbeda dalam beragama. Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) itu menilai tumbuh sumburnya radikalisme di Indonesia karena masyarakat yang mabuk agama tersebut (tribunnews.com 26/12/2020).
https://global-news.co.id/2022/05/mabok-agama-moderasi-dan-cerdas-beragama/

Namun belakangan ini muncul gerakan Islam transnasional yang masuk ke Indonesia seperti HTI, JI, IM dan lainya. Gerakan-gerakan ini punya kecenderungan exlusive. Mereka lebih menekankan pada pergerakan politik daripada dakwah murni. Jika NU dan Muhamadiyah membangun Indonesia dengan mendirikan pesantren, sekolah, rumah sakit dan fasilitas publik lainya, kelompok transnasional membawa isu politik.

Dalam pendapat saya tujuan mereka adalah meraih kekuasan dengan isu agama. Ada lagi kelompok agama yang seolah-olah jauh dari politik dan fokus kepada dakwah namun dakwah mereka cenderung menyalahkan umat Islam dan organisasi Islam yang sudah mapan di negeri ini. Mereka mencela praktek keagamaan tradisional seperti tahlilan, kenduren dan lainya.

Dengan kerasnya dakwah mereka terhadap praktek keislaman lokal, sering terjadi gesekan antara kelompok mereka dengan umat Islam tradional. Dalam dakwahnya mereka menggunakan media TV, Sosial media, Radio dan selebaran yang disebar di masjid-masijd, Mereka juga menerbitkan kitab-kitab terjemahan yang berat dan tebal.

Jamaah mereka rata-rata orang awam yang tak tahu bahasa arab. Hampir setiap hari bahkan setiap jam para jamaah mereka selalu menyempatkan diri mendengarkan ceramah agama di sosmed atau di radio. Ceramah dengan tema yang berbeda-beda bahkan yang menyengkut khilafiah para ulama menjadi topik. Model dakwah satu arah ini cenderung menjadi indoktrinasi bagi pendengarnya. Jamaah hanya mendengar satu pendapat dari ustadz tersebut dan langsung mengambil kesimpulan apa yang disampaikan adalah kebernaran mutlak.

Topik pembelajaran yang belum waktunya dan dalam durasi yang lama membuat para jemaah seperti orang mabuk. Segala sesuatu distandarkan dengan pendapat mereka dan ustadz mereka. Hal inilah yang dalam pendapat saya sebagai "mabok agama".

Sesuatu yang berlebihan tidak baik meskipun itu belajar agama. Apalagi jika masalah bersuci saja belum paham sudah belajar agama tentang siasah atau politik, yang ada adalah radikalisme.



0
0
0.000
2 comments