My Entry Monomad Challenge #239 - The story of a coconut shell burning worker

In my post this time. I will share stories and photos about a young man who works on the process of burning coconut shells for raw materials for briquettes in rural areas. A few weeks ago, I went to the hinterland with a friend, namely @azwar.ipank with the aim of looking for photo objects about community activities. As usual, we as journalists, of course, are always looking for news to broadcast to the media where we work.ways looking for news to broadcast to the media where we work.

Pada postingan saya kali ini. Saya akan membagikan cerita dan foto tentang seorang pemuda yang bekerja pada proses pembakaran tempurung kelapa untuk bahan baku briket di daerah pedalaman. Beberapa minggu yang lalu, aku pergi ke daerah pedalaman bersama teman yaitu @azwar.ipank dengan tujuan untuk mencari objek-objek foto tentang aktivitas masyarakat. Seperti biasa, kami sebagai pekerja sebagai fotografer jurnalis tentu hal ini selalu mencari berita untuk kami siarkan pada media tempat kami bekerja.

At that time, we were walking on my friend's motorbike. The sun was very hot at that time. However, they still have to go to remote areas to take photos of the activities of the people there. The place we visited was where the coconut shells were burned for the raw material for briquettes. The place is about 1 hour drive from the city. After traveling about 1 hour we arrived at the location. From a distance it is already visible location. Because of the smoke rising from the coconut shell burning process. We continued to drive the vehicle to immediately arrive at the location.ive the vehicle to arrive at the location immediately.

Saat itu, kami berjalan dengan menggunakan sepeda motor milik teman saya itu. Suasana matahari pun sangat terik saat itu. Namun, tetap harus pergi ke daerah pedalaman untuk mengambil foto tentang aktivitas masyarakat di sana. Tempat yang kami kunjungi adalah tempat proses pembakaran tempurung kelapa untuk bahan baku briket. Tempat tersebut berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari perkotaan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam kami pun tiba di lokasi tersebut. Dari kejauhan memang sudah terlihat lokasinya. Karena asap yang mengepul dari proses pembakaran tempurung kelapa. Kami pun terus melaju kendaraan untuk segara sampai di lokasi.

When we got there, we saw a man working to carry coconut shells to burn in the kiln. This location was deliberately made from a distance from residential areas. Because the smoke can disturb the surrounding community. The wind was blowing very hard and occasionally changed direction. In the hot sun a worker pushes his cart containing coconut shells into the burning tub.

Tiba kami di sana, sudah terlihat seorang pria yang sedang bekerja mengangkut tempurung kelapa untuk bakar pada bak pembakaran. Lokasi ini memang sengaja di buat dari kejauhan pemukiman penduduk. Karena asap yang dapat mengganggu masyarakat sekitar. Angin pun bertiup sangat kencang dan sesekali berubah arah. Di bawah terik matahari seorang pekerja mendorong gerobaknya yang berisi tempurung kelapa kedalam bak pembakaran.

Despite the heat and puffs of smoke that seemed to envelop the man. However, the man seemed not to care about it. He continued to work by throwing coconut shells into a kiln filled with fire and smoke. Pain and heat may be used to the man. Because he still has to work to go through the process of burning coconut shells into charcoal. Well, the burning process is approximately 6 hours. That is if there are no problems with the combustion process.

Meskipun panas dan gempulan asap yang seakan menyelimuti pria tersebut. Namun, pria tersebut seakan tidak peduli akan hal itu. Dia terus bekerja dengan melemparkan tempurung kelapa ke dalam bak pembakaran yang penuh dengan api dan asap. Perih dan panas mungkin sudah terbiasa bagi pria tersebut. Karena di tetap harus bekerja untuk melalui proses pembakaran tempurung kelapa menjadi arang. Nah, proses pembakaran itu kurang lebih sekitar 6 jam lamanya. Itu pun jika tidak ada kendala pada proses pembakaran.

Coconut shells that have been burned and turned into charcoal, the next day will be sorted and put in sacks and sold to markets in urban areas. Besides being sold in the market, it is also exported to foreign countries through ports. Usually coconut shell charcoal is exported to Malaysia and Thailand. he said. Well, what's unique about this process is that the combustion method is still using traditional or conventional methods. They do not have technological tools such as the use of furnaces in the combustion process.

Tempurung kelapa yang sudah dibakar dan menjadi arang, besoknya akan di sortir dan di masukkan ke dalam karung dan di jual ke pasar-pasar di daerah perkotaan. Selain di jual di pasar juga di ekspor ke luar negeri melalui pelabuhan. Biasanya arang tempurung kelapa di export ke Malaysia dan Thailand. Ujarnya. Nah, yang uniknya dari proses ini adalah cara pembakarannya masih menggunakan cara tradisional atau konvensional. Mereka tidak memiliki alat teknologi seperti penggunaan tungku pada proses pembakaran tersebut.

So, that's the short story of my journey about the story of a man who works in a puff of smoke in the countryside. Hopefully this short story can be a motivation for all of us. That in our activities, we must be diligent and diligent in doing it and one day we will reap the results of the work and efforts that we do.

Jadi, itulah cerita singkat perjalanan saya tentang kisah seorang pria yang bekerja dalam gepulan asap di daerah pedalaman. Semoga cerita singkat ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua. Bahwa kegiatan kita, kita harus tekun dan rajin melakukannya dan suatu saat kita akan menuai dari hasil kerja dan usaha yang kita kerjakan.

This is my entry for the daily #monomad challenge hosted and curated by @monochromes.

Alright, that's my post this time. I hope you like the photos that I share through my hive blog.